Istilah transmigrasi diperkenalkan oleh presiden pertama Indonesia, Soekarno melalui tulisannya di "Harian Soeloeh Indonesia". Transmigrasi tidak hanya soal memindahkan penduduk, tetapi juga secara lebih komplek terkait dengan upaya pemerataan pada berbagai aspek pengembangan, seperti pendidikan, kesehatan, mental spiritual/ keagamaan, olah raga, kesenian dan lain lain.
Bermula pada 12 Desember 1950, kala itu memberangkatkan 23 Kepala Keluarga (KK) ke Lampung dan Lubuk Linggau sebanyak 2 KK. jumlah keseluruhan sebanyak 98 orang. Tahun ini, Hari Bhakti Transmigrasi telah memasuki peringatan ke-71.
Melalui Konferensi Ekonomi di Kaliurang, Yogyakarta yang terselenggara pada 3 Februari 1946, Muhammad Hatta menyebutkan transmigrasi sangat penting untuk mendukung pembangunan industrialisasi di luar Jawa.
Transmigrasi memiliki peran yang sangat penting bagi pembangunan nasional. Para transmigran memegang peran penting sebagai objek penyelenggaraan transmigrasi yang telah berkontribusi dalam pengembangan daerah.
Saat ini tantangan transmigrasi tidak hanya terkait pemerataan jumlah penduduk, namun juga menjadi bagian integral dari pembangunan daerah dan penyelenggaraannya disesuaikan dengan karakteristk dan kondisi spesifik daerah. Tentu saja hal ini mengharuskan implementasi transmigrasi lebih berwawasan kultural dan perlu memperhatikan aspek kearifan lokal.
Seiring dengan perubahan lingkungan strategis di Indonesia, transmigrasi dilaksanakan dengan tujuan:
- Meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya.
- Peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah.
- Memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.